Home » Konspirasi » Bani Israil, Yahudi, Ibrani, Zionis dan Israel

Bani Israil, Yahudi, Ibrani, Zionis dan Israel

admin 18 Mar 2025 45

Apakah Anda pernah mendengar kelima kata dalam judul diatas? Jika pernah, apakah Anda bisa benar-benar membedakan kelima kata tersebut? Jika Anda belum bisa membedakannya, Anda tidak usah khawatir karena sekarang kita akan membahas perbedaan tersebut.

Bani Israil

Bani Israil terdiri dari kata: Bani dan Israil. Bani artinya keturunan atau anak cucu, sedangkan Israil adalah nama lain (julukan) Nabi Ya’qub as, yang berasal dari dua kata: Isra yang berarti hamba atau kekasih, dan El yang berarti Tuhan, sehingga Israil (Israel) berarti hamba Tuhan atau kekasih Tuhan. Dengan demikian Bani Israil artinya keturunan Nabi Ya’qub as.

Sebagaimana diketahui, Nabi Ya’qub as memiliki dua belas orang anak, salah satunya adalah Yusuf as. Jika Anda ingin mengetahui nama-nama sebelas anak Nabi Ya’qub yang lainnya, Anda bisa melihatnya di Perjanjian Lama. Singkat cerita, kedua belas anak Nabi Ya’qub ini kemudian beranak pinak menjadi dua belas suku Bani Israil.

Istilah Bani Israil sendiri dalam Al-Qur’an hanya dipakai untuk menyebut anak cucu Nabi Ya’qub ini, yang kemudian diperbudak oleh Firaun di Mesir, dan kemudian dibawa oleh Nabi Musa as keluar dari Mesir menyeberangi Laut Merah. Sepeninggal Musa as, Bani Israil terus hidup dibawah bimbingan para nabi dan para hakim mereka. Hingga kemudian mereka mengangkat para raja, semenjak Thalut kemudian Dawud kemudian Sulaiman.

Di masa Sulaiman ini Bani Israil mencapai puncak kejayaan mereka. Namun kemudian kerajaan Sulaiman meredup (declining), pecah menjadi dua, dan menjadi obyek penjajahan bangsa-bangsa asing. Kepada Bani Israil ini telah diutus sekian banyak nabi dari kalangan mereka sendiri, tetapi diceritakan dalam Al-Qur’an bahwa Bani Israil justru membunuh banyak diantara nabi-nabi tersebut. Sebutan Bani Israil terakhir kali digunakan pada zaman Nabi Isa as, dimana ketika itu Bani Israil tidak mau menerima kenabian Isa as.

Pada masa-masa tersebut diatas itulah sebutan Bani Israil digunakan. Pada masa-masa kemudian, Al-Qur’an tidak lagi menggunakan sebutan Bani Israil. Yang ada adalah sebutan Yahudi. Kelihatannya Al-Qur’an baru menggunakan istilah Yahudi untuk menyebut orang-orang yang menganut ajaran Yahudi, yaitu ajaran Musa as yang telah diubah dan diselewengkan. Seperti halnya orang-orang Yahudi di masa Rasulullah saw tidak lagi disebut oleh Al-Qur’an sebagai Bani Israil, tetapi Yahudi.

Sejumlah besar dari Bani Israil memang suka membangkang perintah Allah, tetapi masih ada sebagian kecil diantara mereka yang taat. Adapun Yahudi hidup pada zaman belakangan, dimana kitab suci mereka sudah tidak lagi bisa dijamin keasliannya. Yahudi adalah penganut agama yang menyimpang, ajaran Musa as yang telah diubah dan diselewengkan, yang akan terus eksis hingga hari kiamat.

Dan maha benar Allah. Ternyata memang terbukti bahwa saat ini tidak ada satupun kaum yang bisa dijamin secara genetik sebagai keturunan Nabi Ya’qub as. Penjelasannya ada disini. Karena itu tepatlah bahwa yang ada saat ini hanyalah orang-orang Yahudi, bukan Bani Israil. Orang-orang Yahudi dengan demikian adalah setiap orang yang menganut agama Yahudi, tidak peduli dia itu masih memiliki garis keturunan Bani Israil ataupun bukan.

Yahudi

Asal muasal istilah “Yahudi” sendiri diperselisihkan oleh para ahli. Ada yang mengatakan bahwa istilah “Yahudi” berasal dari kata “al-huud” dalam bahasa Arab, yang artinya “kembali”, seperti dalam QS Al-A’raf: 156, ketika Musa as berdoa kepada Allah SWT: “Dan tetapkanlah bagi kami di dunia ini kebaikan, demikian pula di akhirat. Sesungguhnya kami ‘kembali’ kepada-Mu.” Ada juga yang mengatakan, berasal dari kata “yatahawwada” dalam bahasa Arab, yang artinya “bergerak-gerak” dikarenakan mereka bergerak-gerak ketika membaca Taurat.

Ada pula yang mengatakan bahwa istilah “Yahudi” bukan berasal dari bahasa Arab, namun berasal dari kata non-Arab “Yahuda” yang merupakan nama salah seorang anak Nabi Ya’qub as. Ada pula yang mengatakan, berasal dari kata “Yahweh” yang berarti “Tuhan” atau “Yang Maha Maujud” dalam bahasa Ibrani. Dan ada pula yang mengatakan, berasal dari kata “Yahuda” yang merupakan nama salah satu dari dua kerajaan Bani Israil pasca Sulaiman as.

Sampai disini kita bisa menyimpulkan bahwa kita menggunakan istilah Bani Israil jika kita berbicara mengenai genealogi atau ras. Dan kita menggunakan istilah Yahudi jika berbicara mengenai agama.

Ibrani

Adapun istilah Ibrani (Hebrew) kita pakai jika kita berbicara mengenai kebudayaan, termasuk didalamnya bahasa. Mengenai asal muasal istilah Ibrani, ada yang mengatakan bahwa istilah ini berasal dari kata ‘abara yang berarti menyeberang. Kata ini dinisbatkan kepada Ibrahim as yang dalam Kitab Kejadian disebut sebagai Ibrahim Sang Ibrani yang bermakna Ibrahim Sang Penyeberang.

Dikatakan demikian karena Ibrahim as telah menyeberangi Sungai Eufrat. Ini diperkuat dengan apa yang termaktub dalam Kitab Joshua: “Demikianlah Tuhan Israel berfirman tentang penyeberangan sungai itu, dimana leluhur kalian tinggal sejak dahulu kala, dari bapak Ibrahim dan bapak Nahur, menyembah tuhan-tuhan lain. Maka aku bawa Ibrahim menyeberangi sungai itu dan berjalan di tanah Kana’an (Palestina).” Pendeta Ishaq Salka berkata, “Nama Ibrani tidak muncul kecuali setelah Ibrahim as menyeberangi sungai Eufrat.”

Namun ada juga yang mengatakan bahwa istilah Ibrani dinisbatkan kepada Ibr bin Syam bin Nuh, kakek kelima Ibrahim as. Akan tetapi para ahli menganggap pendapat ini lemah. Apapun itu, yang jelas dalam perkembangannya istilah Ibrani biasanya hanya dipakai dalam konteks kebudayaan. Karena itu, ada ‘kebudayaan Ibrani’, ‘bahasa Ibrani’, dan sebagainya.

Zionisme

Sedangkan Zionis adalah penganut paham dan gerakan Zionisme. Dari sisi bahasa, Zionisme berasal dari kata Zion, yaitu nama bukit di kawasan Jerusalem (Al-Quds), yang terkadang dipakai pula untuk menamai dataran tinggi dimana kota Jerusalem berdiri.

Dari sisi peristilahan, secara singkat bisa dikatakan bahwa Zionisme adalah suatu paham dan gerakan yang bersifat politis, rasial, dan ekstrim, yang bertujuan untuk menegakkan Negara Khusus bagi Bangsa Yahudi di Palestina, dan melihat hal tersebut sebagai solusi bagi permasalahan-permasalahan orang Yahudi.

Dengan demikian, pada dasarnya Zionisme tidak ada kaitannya dengan Yahudi. Hanya saja para pengusung Zionisme senantiasa menyandarkan paham dan gerakan ini pada ajaran-ajaran Yahudi, meski sebetulnya Zionisme adalah suatu paham dan gerakan politis dan rasial yang ekstrim. Bahkan peletak dasar Zionisme modern, Theodor Hertzl, bukanlah seorang Yahudi relijius.

Ia adalah seorang sekuler, yang memanfaatkan sentimen keyahudian untuk menjustifikasi paham dan gerakan politiknya tersebut. Karena itu tidak mengherankan bahwa dalam perjalanannya ada sebagian Yahudi, meski belakangan hanya sebagian kecil yang tidak setuju dengan Zionisme.

Israel

Sekarang, bagaimana dengan Israel? Dari definisi Zionisme diatas, jelas sekali bahwa Israel adalah cita-cita dan sekaligus hasil dari gerakan Zionisme. Israel adalah nama negara ilegal orang-orang Zionis yang didirikan diatas bumi Palestina.

Sebetulnya orang-orang Zionis menamai negara tersebut Israel dengan maksud menyandarkan dan menisbatkannya pada Bani Israil (atau dalam Perjanjian Lama disebut sebagai “orang-orang Israel”). Mereka melakukan hal ini agar timbul kesan bahwa mereka adalah keturunan Bani Israil yang memiliki hak historis atas bumi Palestina. Padahal dalam kenyataannya mereka sama sekali bukanlah Bani Israil.

Dengan demikian, penyebutan dan penggunaan kata Israel adalah dalam konteks politik. Yakni untuk menyebut nama negara ilegal yang didirikan oleh kaum Zionis itu, bukan dengan maksud untuk menisbatkannya pada Nabi Ya’qub ataupun Bani Israil.

Yahudi Dulu Bukanlah Yahudi Yang Sekarang

ilustrasi

ilustrasi

Kaum Zionis sering mengklaim bahwa mereka berhak atas bumi Palestina karena mereka adalah pemilik asli tanah tersebut. Mereka mengklaim bahwa pemilik asli bumi Palestina adalah nenek moyang mereka, yakni keturunan Ya’qub (Bani Israil) yang terdiri dari dua belas suku. Klaim ini sebenarnya dengan mudah dapat dipatahkan dengan dua argumen. Yang pertama, penduduk asli bumi Palestina bukanlah Bani Israil.

Sebagaimana diketahui, Bani Israil adalah bangsa imigran yang datang ke Palestina setelah mereka keluar dari Mesir. Mungkin kaum Zionis membantah bahwa Yaqub sebelum ke Mesir sudah tinggal di Palestina. Jika mereka berkata demikian, harus diketahui bahwa nenek moyang Ya’qub sendiri yaitu Ibrahim bukanlah penduduk asli Palestina. Ibrahim sendiri adalah seorang imigran, yang lahir di Iraq dan kemudian hijrah ke Palestina. Sebelum Ibrahim sampai di Palestina, Palestina telah didiami oleh penduduk aslinya.

Argumen kedua, orang-orang yang mengaku Yahudi sekarang ini sebetulnya memiliki nasab yang tidak jelas. Maksudnya, tidak semua orang Yahudi sekarang ini adalah keturunan Bani Israel. Bahkan bisa dikatakan bahwa kebanyakan orang Yahudi saat ini, terutama yang kini tinggal di Israel, bukanlah keturunan Bani Israel. Bagaimana bisa? Berikut ini penjelasannya.

Telah dicatat dalam sejarah bahwa berkali-kali para penjajah bumi Palestina telah mengusir orang-orang Yahudi keluar dari Palestina. Ketika Nebukadnezar (Babilonia) menguasai Palestina, ia menawan dan membawa orang-orang Yahudi ke negerinya, Babilonia.

Dan akhir dari eksistensi kaum Yahudi di Palestina adalah ketika Raja Titus (Romawi) menawan dan membawa orang-orang Yahudi ke Romawi (Eropa). Sebagian Yahudi ada pula yang lari ke arah selatan, yakni ke Jazirah Arab, sehingga pada zaman Rasulullah saw ditemui ada komunitas Yahudi di Hijaz.

Dalam perjalanan selanjutnya, banyak orang-orang yang rasnya non Yahudi memeluk ajaran Yahudi, sehingga merekapun akhirnya menjadi orang-orang Yahudi. Barangkali orang-orang asli Yahudi yang terusir itu memang mendakwahkan agamanya kepada penduduk asli. Bahkan ada satu bangsa non Yahudi bernama Khazar (hidup di kawasan antara Laut Kaspi dan Laut Hitam) yang semuanya beralih agama dari paganis menjadi Yahudi.

Dengan demikian Yahudi Khazar ini dari sisi ras bukanlah Yahudi asli. Yahudi Khazar sendiri tidak lama hidup di Khazar. Setelah satu setengah abad penduduk Khazar memeluk Yahudi, Rusia menyerang Khazar. Yahudi Khazar inipun akhirnya menyebar ke Rusia, dan sebagiannya lagi ke Eropa Timur.

Sebagian peneliti dan penulis kontemporer, seperti Arthur Koestler dalam bukunya The Thirteenth Tribe: Khazar Empire and Its Heritage, mengemukakan teori bahwa orang-orang Yahudi Eropa, atau yang dikenal sebagai Yahudi Askhenazim, sebetulnya merupakan keturunan Khazar, atau setidaknya banyak dipengaruhi oleh ras bangsa Khazar.

Dan sejarah mencatat bahwa sebagian besar Yahudi (lebih dari 80 persen) yang bermigrasi ke Palestina dan tinggal di Israel adalah Yahudi Khazar atau Yahudi Ashkenazim.

Belum lama ini seorang Profesor Sejarah di Tel Aviv University, Shlomo Sand, menulis sebuah buku berjudulThe Invention of the Jewish People (terbit pertama kali dalam bahasa Ibrani pada tahun 2008 dan versi Inggrisnya terbit tahun 2009).

Dalam buku tersebut ia juga mendukung pendapat yang menyatakan bahwa kebanyakan orang-orang Yahudi di Eropa Tengah dan Timur merupakan keturunan Khazar yang menganut agama Yahudi. Baginya tidak ada bangsa Yahudi (Jewish People). Yang ada hanyalah komunitas-komunitas beragama Yahudi yang berasal dari proses konversi (pindah agama) di sepanjang sejarah Yahudi.

Disamping Yahudi Khazar atau Ashkenazim, ada pula sebagian penduduk Afrika Utara yang memeluk agama Yahudi. Mereka kemudian menyebar ke pesisir Semenanjung Iberia (Spanyol, Portugal, Perancis, Italia). Dari mereka lahirlah keturunan Yahudi yang dikenal dengan nama Yahudi Sefardim.

Demikian pula ada beberapa kabilah Arab, khususnya Yaman, yang berpindah agama menjadi Yahudi tetapi tetap hidup di negeri mereka sendiri, berbicara dan mempraktekkan adat-istiadat di lingkungannya sendiri.

Arthur Koestler berkata, “Yahudi bukan lagi sebuah ras yang terjaga kemurniannya. Mereka terdiri dari berbagai macam ras yang tidak memiliki keistimewaan apapun.” Diantara referensi terkuat yang dipakai Koestler adalah laporan Unesco yang menolak dengan tegas kemurnian ras Yahudi.

 

Comments are not available at the moment.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked*

*

*

Related post
AHY Terpilih Jadi Ketum Demokrat

Redaksi

25 Feb 2025

Jakarta, Neropong.com – Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) ditetapkan sebagai Ketua Umum Partai Demokrat 2025-2030. Putra sulung Susilo Bambang Yudhoyono ini terpilih secara aklamasi dalam Kongres VI Partai Demokrat di Jakarta pada Senin, 24 Februari 2025. Di aula pertemuan Hotel Ritz-Carlton, para kader Demokrat menetapkan suara bulat untuk mengusung kembali AHY menjadi ketua umum. Tidak ada …

MHM Gelar Harmoni Camp untuk Persaudaaran dan Rawat Lingkungan

Redaksi

10 Feb 2025

Jakarta, Neropong.com – Majelis Hukama Muslimin (MHM) akan menggelar Harmoni Camp di Bandung pada Jumat- Senin 24 – 27 Februari 2025. Acara ini digelar sebagai rangkaian peringatan Hari Internasional Persaudaraan Manusia. Sejak 2020, Hari Internasional Persaudaraan Manusia diperingati setiap 4 Februari, sesuai Resolusi PBB 75/200. Peringatan ini didasarkan pada peristiwa penandatanganan Dokumen Persaudaan Manusia pada …

MUI DKI Jakarta Temui Pimpinan Al-Azhar dan Mufti Agung Mesir

Redaksi

23 Jan 2025

Kairo, Neropong.com – Dalam rangka mewujudkan peningkatan kredibilitas dan marwah kepakaran ulama, Majelis Ulama Indonesia (MUI) DKI Jakarta berkerja sama dengan Akademi Internasional A-Azhar untuk Pelatihan Imam, Dai, dan Peneliti Fatwa, dan Daarul Ifta Mesir. Keseriusan tersebut dibuktikan dengan kunjungan sekaligus pertemuan Ketua Umum MUI Jakarta, KH Muhammad Faiz, didampingi Sekretaris Umum, KH Auza’i Mahfudz, …

BP Haji Lantik Para Pejabar Eselon II dan IV di Masjid

Redaksi

30 Des 2024

Jakarta, Neropong.com – Badan Penyelenggara Haji Indonesia melantik para pejabat eselon II hingga IV di masjid, sebuah langkah yang mencerminkan komitmen lembaga baru ini terkait integritas, kesederhanaan, dan amanah. “Kami ingin pelantikan ini menjadi refleksi mendalam bahwa mengemban amanah di BP Haji adalah tugas yang sangat mulia sekaligus berat. Pelantikan di masjid adalah pengingat bahwa …

Wakil Ketua MUI: Kenaikan PPN 12 Persen Sesuai Amanat Konstitusi?

Redaksi

27 Des 2024

Jakarta, Neropong.com – Wakil Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Anwar Abbas mempertanyakan kebijakan pemerintah yang hendak menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen pada 2025. Buya Anwar mengatakan, kenaikan PPN 12 persen memang memiliki dasar hukum sesuai dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpanjakan (HPP). “Tapi pertanyaannya, apakah dari perspektif …

Menko: Stok Beras Nasional Capai 8 Juta Ton Akhir Desember

Redaksi

09 Des 2024

Jakarta, Neropong.com – Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan mengatakan bahwa akhir Desember 2024 stok beras secara nasional mencapai 8 juta ton, sehingga tidak diperlukan lagi tambahan impor, termasuk untuk tahun depan. “Beras, stok kita di seluruhnya, termasuk di pedagang, di masyarakat itu 8 juta (ton) lebih, tapi yang Bulog sendiri ada 2 …